Ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda, barangkali hanya orang Eropa (Belanda, Inggris, Portugis, Spanyol), Timur Tengah dan India saja yang tercatat mengunjungi, berdagang atau menjajah kita. Adakah bangsa lain yang mengunjungi Hindia Belanda?
Dalam buku “Kampus Kabelnaya – Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet”, Koesalah Soebagyo Toer menulis tentang Goncharov dan Wasili Maligan. Dua orang ini terpisah waktu, tempat, aksi dan cerita. Tapi keduanya orang Rusia yang pernah menginjakkan kaki di Indonesia.
Di sini saya tulis tentang Goncharov saja …
Saya merasa sangat gembira bahwa akhirnya saya sampai ke pantai yang sama sekali tak punya masa lalu dan tak punya sejarah itu.
Apakah Anyer itu? Suatu perkampungan Melayu yang sama sekali tak pernah mengalami perubahan. Perkampungan ini pernah ditulis oleh Turnberg. Keadannya masih seperti itu juga sekarang ini.
Batavia terletak dua hari perjalanan dengan jalan darat. Kami pergi ke sana, tinggal di sana sehari dan kembali lagi. Pikir kami, di sana ada jalan besar dan kendaraan yang baik. Ternyata tidak ada apa-apa. Dua minggu sekali dari Anyer dikirim pos ke Batavia; tukang pos naik kuda … Hari berikutnya kami tinggalkan tempat itu tanpa melihat seorang Eropa pun, sedang di Anyer hanya ada tiga orang.
The watering point at Anjer point in the island of Java (William Daniell, 1794)
“Tak punya sejarah”? Apakah Goncharov tak membaca sejarah Jawa? Apakah Goncharov hanya melihat akibat Cultuurstelsel tapi tak memahami kejamnya kata itu? Apakah Goncharov tak menemukan priyayi atau aristokrat yang pemalas di Jawa?
Saya sama seperti Goncharov.. tak membaca sejarah Jawa.. 😦
Mungkin Goncharov hanya mampir ke kedai kopi
BAru nemu blognya. Bagus. Boleh komen ya?
Maksudnya “tidak punya sejarah” itu mungkin dijelaskan di alinea keduanya: “tidak pernah berubah”. Bukankah sejarah adalah kisah tentang perubahan?