Ini sambungan dari tulisan sebelumnya “Sekolah di ITB”. Dosen itu ya guru. Bedanya dengan guru SD, SMP, SMA, dosen tidak punya waktu reguler untuk mengajar. On, off. Kadang ngajar 1 jam, kadang 2 jam, Senin ada, Selasa menghilang (entah proyek atau seminar) di mana. Dosen juga dituntut melakukan penelitian, membimbing mahasiswa, mengurusi administrasi kampus, seminar di luar, proyek bersama institusi atau korporasi lain, dan banyak lagi. Rutinitas ini dilakukan dosen dimanapun. Lho … kok jadi cerita kehidupan dosen.
Back to dosen unik. Saya tahu ada beberapa dosen dengan latar belakang yang unusual, tak biasa. Sebagian saya tahu sendiri, sebagian dari cerita kawan.
( 1) Sebut saja WT (kayak menyembunyikan identitas a la koran hehe). Ia masuk ITB S1 di Belanda umur 16, lalu selesai umur 20 19 tahun. Katanya, ketika teman-temannya, yang ketika itu sudah umur 25an lulus bareng, sudah ngomongin kawin, sedangkan dia masih main layangan di kampus. Setelah itu ia melanjutkan Dipl. Ing di Delft, S2 di ITB/TU Munich, dan melanjutkan S2 (lagi) dan S3 di Amerika. Umur 27 ia mendapatkan doktor dan pulang ke ITB. Ia penggemar fotografi: suka sekali memajang foto di dinding kantornya, indah sekali, ia suka permainan warna. Kalau mengajar, wow mengagumkan. Pernah ia mengajar satu semester 8 mata kuliah (4 kuliah di jurusannya dan 4 kuliah di jurusan lain). Dan yang diajarkan berbeda sama sekali! Ketika mengajar, ia tak membawa apa-apa kecuali kapur berbagai warna. Dalam dua jam, ia menulis setiap sub-topik di papan, berikut teorema (ini khusus advanced calculus), pembuktian lalu contoh soal. Sebelum memberikan contoh soal, ia keluar kelas. Menarik napas, mencari inspirasi, lalu masuk lagi dan menuliskan dengan cepat. Setelah dua papan terisi penuh, ia bertanya: ada pertanyaan? sudah selesai nulisnya? Jika senyap (seperti biasa!) ia langsung menghapus dua papan itu dan melanjutkan lagi “mengotori” papan dengan cacing-cacing hingga 2 jam habis terkuras. Akhir kata: mengagumkan. Ini seperti show, sungguh entertaining. Ketika ujian tiba … mampus deh. Hihi.
(2) Ini ceritanya lebih pendek, karena dapat dari kawan. Sebut saja OS. Ia sebenarnya lulus S1 sebagai dokter. Entah kenapa ia lalu melanjutkan S2 bidang musik dan mendalami piano dan musik klasik di Perancis. Setelah lulus S2, ia lalu melanjutkan studi S3 bidang komputer dan mendapatkan doktor beberapa tahun kemudian. Ia sekarang masih mengajar ilmu komputer. Aneh? Unik?
(3) Ini dapat cerita juga dari kawan. Sebut saja OD. Ia lulus S1 dari Belanda dan melanjutkan S2 di Purdue, AS. Jadi dia bukan alumni ITB. Tapi kemudian ia pulang dan mengabdi di Indonesia. Karena ilmunya advanced, maka ia membantu menristek Habibie membangun industri pesawat terbang. Katanya, model bimbingannya menyeramkan. Ia pernah merobek-robek kertas desain pesawat mahasiswa selama 2 minggu berturut-turut; minggu ke-3, mahasiswanya yang merobek desainnya sendiri (haha – mbales). Terakhir, ia menjadi ketua komisi nasional kecelakaan transportasi. Kini ia pensiun.
Ada yang punya lagi cerita dosen unik, unusual?
Catatan: Jika data tidak akurat, mohon dikoreksi. Harap maklum ….