Y.A.E.


Saya ketemu Mas Yogi Ahmad Erlangga (Y.A.E.) tahun 1997. Saat itu saya masih mahasiswa baru di jurusan Teknik Penerbangan (PN) ITB. Di sela-sela penataran P4, para mahasiswa baru diberi kesempatan mengunjungi laboratorium, dan  Mas Yogi kebetulan mendampingi kami. Beliau sekilas menjelaskan tentang pesawat MIG-21 (pesawat tempur buatan Uni Sovyet yang dulunya, konon, laris manis) yang ada di lab. Beliau ngomongnya cepat – jadi orang mesti perhatian. Setelah itu, beberapa senior PN-93, termasuk Mas Yogi, menjelaskan mengenai kuliah-kuliah di Penerbangan (setidaknya memberi perspektif mahasiswa). Cerita-ceritanya terdengar menarik sekali. Tapi saat yang bersamaan kami segera sadar bahwa PN adalah jurusan (penuh) PR!

Selamat datang di PN.

***

Waktu berlalu. Pada 2008, seorang kawan dekat mengajak serta mengembangkan Waviv Technologies di Bandung. Waviv Technologies mempunyai misi untuk memberikan layanan bagi perusahaan minyak dan gas dalam hal interpretasi data geofisika – dengan cara mengembangkan program numerik 2D bikinan Mas Yogi. Saya tertarik (meski tidak yakin bisa berkontribusi), dan diberi beberapa bacaan. Salah satu bahan bacaannya adalah disertasi S3 Mas Yogi. Seperti halnya disertasi keluaran TU Delft yang lain (yang kebetulan pernah saya baca tahun 2001/2002 seperti karya Dr Erwan Karyadi dan Dr Ade Jamal mengenai sandwich structures), kualitas disertasinya mengagumkan. Yang unik dari disertasi keluaran TU Delft: adanya “stellingen” (proposisi, usulan). Disertasi TU Delft biasanya memuat kurang lebih 10 proposisi. Mas Yogi menulis 11 proposisi – dari hal teknis sampai filsafat hidup atau keseharian belaka.

Nah, saya hanya terjemahkan stellingen Mas Yogi di sini (kalau menerjemahkan semua disertasinya bisa mabok!):

  1. Kita sangat memerlukan preconditioner siap pakai (tapi isinya tidak ketahuan, alias “black box”) untuk metode iteratif Krylov subspace. Akan tetapi, supaya solusi masalah tertentu cepat konvergen (mengerucut), seseorang seyogyanya tidak mengandalkan preconditioner-siap-pakai tersebut. Seseorang mesti merancang sendiri preconditioner yang khusus dipakai untuk masalah yang tengah dihadapinya.
  2. Untuk (memecahkan) persamaan Helmholtz, preconditioning mestinya tidak hanya memberikan hasil konvergen secara cepat (efficiency), tetapi juga tidak boleh terpengaruh oleh ukuran grid dan jumlah gelombang (robustness). Saat ini preconditioning yang efisien sudah tercapai, tetapi robustness masih menjadi tantangan utama.
  3. Aplikasi metode multigrid standard untuk (memecahkan) persamaan Helmholtz (juga masalah-tak-berbatas lainnya) berujung pada sulitnya proses smoothing dan koreksi grid kasar, dua pokok utama dalam multigrid. Agar berhasil mengembangkan metode multigrid yang baik, satu langkah kunci adalah mengembangkan smoothing yang tidak pasaran dan metode diskritisasi grid kasar.
  4. Meskipun multigrid sebenarnya efisien untuk pelbagai masalah, salah satu penyebab mengapa multigrid tidak masuk 10 algoritma terbaik adalah karena multigrid seringkali dipakai untuk preconditioner metode iterasi Krylov subspace, tapi tidak sebaliknya.
  5. Menurut Maxwell, 1856, semua ilmu matematika didasarkan pada hubungan antara hukum alam dan rumus menggunakan angka, sedemikian hingga setiap masalah fisis dapat disederhanakan sebagai penentuan kuantitas dengan mengoperasikan angka-angka. Dalam konteks ini, matematika numerik adalah ilmu matematika yang mengembangkan operasi-operasi sistematik untuk menentukan kuantitas secara akurat dan secepat mungkin.
  6. Kalimat “Tidak ada itu yang namanya makan siang gratis” berlaku juga untuk matematika. Untuk masalah numerik yang rumit, seseorang harus rela melakukan sejumlah besar perhitungan per iterasi sebagai harga yang harus dibayar agar perhitungannya cepat konvergen dengan iterasi yang sesedikit mungkin.
  7. Sebagian besar ilmuwan terkemuka masa lampau meninggalkan dua hal: karya-karya besar (yang dikagumi ilmuwan-ilmuwan penerusnya) dan masalah-masalah besar (yang membuat ilmuwan-ilmuwan itu kelimpungan).
  8. Ilmuwan religius mempercayai bahwa teks yang difirmankan (kitab suci) berisikan kebenaran absolut, dan ilmu pengetahuan seharusnya tidak berlawanan dengan firman. Tetapi, ilmu pengetahuan seringkali tidak selaras dengan interpretasi dari kitab suci. Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan menginterpretasikan kitab suci, manusia mengandalkan otaknya. Ketika kontradiksi (antara ilmu pengetahuan dan kitab suci) itu terjadi, hal pertama yang perlu dilakukan manusia adalah mengoreksi otaknya sendiri dan membuatnya bekerja (dengan baik).
  9. Kebanyakan orang Belanda menyangka bahwa mereka adalah satu-satunya bangsa di dunia yang menyajikan roti disertai mentega dan hagelslag (butiran coklat). Di Indonesia, hagelslag dikenal dengan nama meisis, yang terdengar seperti meisjes (kata Belanda yang artinya ‘gadis-gadis kecil’).
  10. Langit di Belanda selalu menampilkan ini: nuansa sehabis hujan, nuansa mau turun hujan, nuansa hujan beneran (The Holland Handbook, Nuffic, 1997).
  11. Di sebuah negara yang sepanjang tahun jarang terkena cahaya matahari, harga ‘cahaya matahari’ setara dengan (sekurangnya) satu bulan liburan di negara yang cahaya mataharinya berlimpah.
Uncategorized

2 thoughts on “Y.A.E.

Leave a comment