Candi


Candi adalah bangunan yang terbuat dari batu yang disusun dengan berbagai bentuk, ukiran dan fungsi. Sebagian besar candi di Indonesia yang dibangun pada abad 9 sampai 14 diperuntukkan untuk menyembah para dewa, pengajaran agama, persemayaman abu para raja, tempat tinggal dewa-dewa di bumi, pemandian raja dan ratu, atau gerbang suci menuju nirwana. Candi ini dibangun ketika agama Buddha dan Hinduisme masuk ke Indonesia dari India dan dataran China. Ia mengalami evolusi dan menyesuaikan dengan keadaan setempat.

Jawa Timur itu adalah provinsi di Indonesia yang paling banyak menyimpan situs candi. Di Sumatera ada 2 situs, di Jawa Barat ada 5 situs, di Jawa Tengah ada 12 situs, di Yogyakarta ada 5 situs, di Bali ada 4 situs. Di Jawa Timur? Ada 19 situs candi!

Nama-nama candi di Jawa Timur: Badhut, Bajangratu, Brahu, Cetha, Gununggangsir, Jago, Jawi, Kidal, Kolam Segaran, Panataran, Plumbangan, Rimbi, Sadon, Sawentar, Singasari, Surawana, Tegawangi, Tikus dan Wringin Lawang.

petacandi

komplek-candi-penataran

Kompleks Candi Penataran (oediku.wordpress.com)

Candi-candi itu adalah peninggalan berharga. Sayangnya tidak semuanya terawat dengan baik. Mengapa? Karena museum, berbeda dengan di negara-negara maju, bukan bisnis yang punya laba besar. Museum masih identik dengan ruang penyimpan benda usang, kuno dan tak berharga. Benda-benda bersejarah itu kehilangan makna, karena memang tidak ada usaha untuk memaknai. Museum bukan industri yang besar. Kurator dan barang-barang peninggalan yang ditelitinya biasanya bukan pekerjaan dan hal yang menarik. Arkeologi adalah ilmu usang juga. Padahal ini salah besar. Ketika kita memahami artifak dan peninggalan sejarah, kita dapat mengukur peradaban kita sendiri. Kita dapat memahami asal muasal kita. Kita dapat mengerti mengapa kita menjadi seperti sekarang. Sejarah, terlepas dari kontroversi teori-teori di dalamnya, membuka cakrawala bahwa kita dibentuk oleh masa lalu.

Sebuah buku bagus saya beli di Amazon. Buku lama sebenarnya. Ketika saya beli, bukunya bekas, tapi kondisinya bener-bener seperti baru! Alasan membelinya: karena ia adalah satu-satunya buku di muka bumi ini (mungkin lho ya!) yang merekam dengan indah candi-candi yang ada di Jawa Timur. Khusus Jawa Timur! Orang Jatim mungkin ada yang belum tahu buku itu malahan 🙂

Buku itu berjudul Worshiping Siva and Buddha – The Temple Art of East Java (University of Hawaii, 2003). Ditulis oleh Ann Rasmussen Kinney, dulu adalah istri konsulat Amerika di Surabaya, jamannya Gubernur M Noer. Kemudian, Kinney dibantu oleh ilmuwan Eropa Dr Marijke J. Klokke  dan Dr Lydia Kieven. Foto-fotonya diambil dengan indah oleh fotografer Indonesia, Rio Helmi. Buku itu menyimpan catatan seni yang dikandung oleh setiap candi. Detil sekali. Foto-fotonya bagus, ada pula tips bagaimana membidik candi dengan baik. Maklum cuaca di Jatim kadang mendung terus terutama akhir dan awal tahun. Buku-buku berbahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Jerman dijadikan rujukan. Yang unik dari buku itu: peninggalan patung-patung yang disimpan di museum Belanda kenapa jauh lebih terawat dengan yang disimpan di Indonesia ya?  Ya itu tadi alasannya mungkin: museum bukan bisnis, apresiasi sejarah belum membudaya.

worship

Setelah dikirimi email oleh Amazon berulang-ulang supaya memberi review, akhirnya saya tulis juga. Five Stars!! Ini review-nya:

I’ve been recently fascinated by the fact that Eastern Java, my home-province, stores the highest number of candis in Indonesia. Candi arguably represents the most important artifact from Ancient Java. Candis were the symbols of the golden age era of Java empires. They also represent modern technological advancement in their time. They may uncover early religious rites and transcendental values. They show the hegemony and domain of each kingdom. Although candis were mostly built between 8th to 13th century, the stories sculpted on their walls are still subject to research till today. I bought this book because it summarizes research findings of the art of Ancient Java, which are based on references available in Dutch, English, German and Indonesian. The references are by no means academic, but the authors have done a wonderful job in writing them up for general readers (I am not historian, so the book perfectly fits my limited nomenclatures). The book also contains a large number of photos with excellent quality. The book provides stories, chronicles and meaning of each candi under study. Anybody wants to study the art and history of candis of Eastern Java should start with this book. The drawback of this book is that it may not cover ALL candis of Eastern Java: some candis are not researched or discussed. But the authors provide a list of candi names for us to explore. Last but not least, I want to personally thank the authors for writing this book and for enriching Indonesia history.

Bingkisan


Setelah sholat Jumat selesai (2013/3/1), seorang staf masjid mengumumkan bahwa Kepolisian Hachioji memberi hadiah untuk jamaah. Masing-masing orang dapat mengambil satu paket. Dalam satu paket ada sekaleng biskuit dan beras instant.

Di sini perlu dijelaskan lebih dulu mengapa kepolisian memberi hadiah. Pertama, karena Kepolisian Hachioji ingin menjalin hubungan baik dengan jamaah masjid. Hubungan itu dapat lebih kuat dengan bingkisan. Ini tradisi yang umum di Asia, atau Jepang. Kedua, Kepolisian Hachioji adalah elemen masyarakat Jepang yang cukup “dekat” dengan jamaah masjid. Kepolisian Hachioji dekat dengan jamaah karena setiap pelaksanaan sholat Jumat mereka menempatkan (atau Jawanya – nandhur) dua orang polisi (Nomura dan Suzuki) untuk menjaga masjid. Mengapa masjid dijaga pada saat sholat? Ini mungkin bentuk paranoid Jepang terhadap peledakan WTC pada 11 September 2001. Terlepas dari kontroversial bahwa dua gedung kembar WTC itu diledakkan secara sengaja atau karena tabrakan pesawat, citra Islam tercoreng karena banyak nama-nama muslim yang terlibat. Yang jelas, efek peledakan WTC itu jadi mendunia. Amerika dan negara aliansinya menjaga dirinya dari Islam. Salah satu efek mikronya adalah pengawasan masjid-masjid di Jepang.

Continue reading