Pada 7 Mei 2011, pesawat MA-60 buatan Xi’an Aircraft Industrial Corporation (China) terbang dari Sorong menuju Kaimana, Papua Barat. Pesawat yang dioperasikan Merpati Nusantara dengan nomor penerbangan MZ8968 ini membawa total 25 penumpang (2 pilot, 2 pramugari, 2 teknisi, 16 penumpang dewasa, 1 anak dan 2 bayi). Pesawat lepas landas pada pukul 12:50, dan mengudara di ketinggian sekitar 15500 kaki.
Pesawat MA-60 buatan China dioperasikan Merpati Nusantara sejak 2010
Pada pukul 13:25, pesawat MZ8968 berkomunikasi dengan petugas Kaimana AFIS (Aerodrome Flight Information Service). Petugas mengatakan bahwa cuaca di Kaimana hujan, sehingga jarak pandangnya hanya 3 sampai 8 km. Awan sebagian berbentuk cumulonimbus dengan ketinggian dasar awan 1500 kaki. Angin berhembus dari barat daya dengan kecepatan 3 mil/jam, dan suhu di darat adalah 29 derajat Celcius.
Karena bandara Kaimana tidak dilengkapi prosedur pendaratan menggunakan instrument, maka pendaratan harus berpedoman kepada Visual Flight Rule (aturan terbang visual). VFR menyatakan bahwa jarak pandang yang baik ialah 5 km, dan VFR minimum ceiling adalah 1000 kaki.
Kaimana airstrip di Papua Barat
Kaimana airstrip dilihat dari cockpit
Pada pukul 13:42, pesawat MZ8968 turun dan mendekati bandara. Ia berjarak 7 mil dari Bandara Kaimana, dan melewati ketinggian 8000 kaki. Bandara Kaimana masih hujan, sehingga pesawat memutuskan terbang ke selatan bandara. Tiga menit kemudian, pesawat mengatakan ia berada 15 mil di selatan bandara pada ketinggian 5000 kaki. Pesawat masih menunggu cuaca membaik. Namun, bandara masih hujan, jarak pandang hanya 2 km saat itu.
Pukul 13:50, AFIS kehilangan kontak dengan pesawat…
Pesawat MZ8968 itu jatuh di laut, kira-kira 800 meter arah tenggara ujung Landasan 01 (500 meter dari pantai). Ketika diangkat dari laut, pesawat dalam keadaan hancur, dan 25 penumpang dinyatakan tewas. Evakuasi jenazah tuntas pada 11 Mei. Sebelumnya, dua kotak hitam (black box) yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) dapat diangkat dari laut masing-masing pada 9 Mei dan 10 Mei.
Salut kepada tim gabungan BASARNAS, Polisi, TNI, masyarakat Kaimana dam CII (Conservation International Indonesia) Kaimana.
***
Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) bekerja keras menyelidiki peristiwa nahas ini.
Sebelas hari kemudian, pada 18 Mei, dengan cepat KNKT merilis surat resmi pertama yang berisi ulasan singkat tentang kecelakaan. Surat ini berjudul Laporan Awal Kecelakaan Pesawat Udara (Nomor: KNKT/001/9/V/REK.KU/2011). Yang terpenting, surat ini berisi rekomendasi kepada tiga pihak, yaitu PT Merpati Nusantara, Dirjen Perhubungan Udara dan Dirjen Perhubungan Udara (Direktorat Bandara).
“Rekomendasi Segera” kepada:
PT Merpati Nusantara Airlines: “Menjamin pelaksanaan penerbangan visual untuk dilaksanakan sesuai dengan ketentuan VFR, dan melaksanakan pelatihan terhadap Crew MA-60 di simulator dengan penekanan materi pada CRM dalam menghadapi cuaca buruk”
Dirjen Perhubungan Udara: “Memonitor pelaksanaan rekomendasi segera pada butir A di atas, untuk dilaksanakan dengan seksama oleh jajaran operasi PT Merpati Nusantara Airlines”.
Direktorat Bandara: “Mereview ketentuan penggunaan fasilitas/perlengkapan bandara terutama lampu landasan untuk dapat meningkatkan keselamatan operasi penerbangan terutama pada saat jarak pandang terbatas”.
Anda dapat membaca surat resmi ini di website Dephub. Link:
Click to access KNKT_001_9_V_REK.KU_11.pdf
***
Ada beberapa kejanggalan dalam laporan tersebut.
Kejanggalan #1
Pada halaman 3, ditulis:
Untuk investigasi, FDR dibaca oleh Investigator KNKT di fasilitas pembuat FDR di China. Dari pembacaan FDR diharapkandapat diperoleh data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kecepatan pesawat, arah, sikap/posisi, ketinggian, daya mesin, kedudukan bidang-bidang kemudi, percepatan/perlambatan dan lain-lain.Sedangkan pembacaan CVR (buatan Honeywell) telah dilaksanakan di laboratorium KNKT di Jakarta dan diperoleh rekaman pembicaraan berdurasi 2 jam berisi suara yang terekam dari ruang kemudi dengan kualitas baik.
Jadi, hanya CVR yang sudah dibaca; sedangkan KNKT masih mengharapkan (menunggu?) hasil pembacaan FDR. Padahal, di bagian bawahnya ditulis:
Pada investigasi data FDR dan CVR tidak terdeteksi adanya kelainan fungsi-fungsi sistem pesawat udara.
Kejanggalan #2
… Fasilitas/perlengkapan bandara terutama lampu landasan yang disediakan oleh salah satu operator penerbangan dan dipergunakan khusus untuk operator tersebut.
Apakah ini berarti jika lampu landasan untuk memandu pendaratan di bandara dipasang oleh maskapai lain (selain Merpati) lampu tidak akan dinyalakan untuk Merpati?
Selamat bekerja Tim KNKT!
***
Video
- http://www.youtube.com/watch?v=ucZwBiKlbUc&feature=related
- http://www.youtube.com/watch?v=W7SrgGSRYY0&feature=related
- http://www.youtube.com/watch?v=gXEOiKmaH2w&feature=related
MA-60 Accidents in Indonesia
Three accidents involving China-made Merpati Nusantara Airlines MA60 airplanes have happened since 2010. Below is the list of those accidents based on tempointeraktif.com data:
July 14, 2010
A Merpati MA 60 airplane was scheduled to fly from Selaparang, Mataram to Denpasar, but it was canceled due to short circuit in the cabin. No casualties.
Feb. 19, 2011
A Merpati MA 60 aircraft skidded off the runway at El Tari Kupang airport. All passengers and crew members survived the incident.
May 7, 2011
A Merpati MA 60 airplane crashed off the sea near Kaimana airport, West Papua.
Thanks to Mukhlason for the prudent reading.