Kebangkrutan JAL


Auto RSS feed from: https://ari3f.wordpress.com

Japan Airlines (JAL), firma penerbangan terbesar Asia, memohon perlindungan kebangkrutan (bankruptcy protection) di Pengadilan Distrik Tokyo, pada 19 Januari 2010. Pada hari yang sama, JAL juga minta perlindungan dari pengadilan New York di bawah Chapter 15 US Bankruptcy Code. Langkah ini ditempuh supaya kreditor yang berasal dari luar (dengan sistem hukum berbeda) mengetahui bahwa hutang-hutang JAL telah dilindungi oleh sistem hukum Jepang.

Mengapa JAL rugi?

Memiliki banyak rute penerbangan internasional tak selamanya menguntungkan. JAL mengoperasikan 70 rute internasional, dan ini dijawabnya dengan berekspansi secara impulsif: cabang dibuka di pelbagai negara, jumlah pekerja dinaikkan, perks untuk pekerja diperbanyak. Ekspansi ini penting, namun strateginya dinilai tidak kompetitif menghadapi kebijakan open-sky, resesi global yang tak terduga dan perang tarif (era penerbangan murah). Sehingga pada September 2009, laporan fiskal interim-nya mencatat bahwa pendapatan JAL turun 43% menjadi 225.4 milyar yen jika dibandingkan tahun 2008. Continue reading

Politik Uang di Jepang


Auto RSS feed from: https://ari3f.wordpress.com 

Kekuasaan dan uang agaknya sulit dipisahkan dalam dunia politik. Untuk memperoleh kekuasaan, diperlukan uang. Begitu sebaliknya. Namun, uang seringkali menyebabkan kekuasaan seseorang diuji.

Skandal Hatoyama

Sejak Yukio Hatoyama menjabat perdana menteri Jepang 1 September 2009 lalu, pemerintahannya tak henti digoyang skandal keuangan. Beberapa waktu lalu, Hatoyama diwajibkan membayar pajak pemberian (gift) sebesar 570 juta yen (setengah dari jumlah pemberiannya). Kenapa? Hatoyama menerima dana dari ibunya selama tujuh tahun hingga 2008. Dana ini berkaitan dengan biaya kampanye Partai Demokratik Jepang (Democratic Party of Japan atau DPJ). Ibunya, Yasuko Hatoyama, adalah pewaris pabrik ban terbesar di dunia, Bridgestone Corporation yang didirikan ayahnya, Shojiro Ishibashi, tahun 1930.

Skandal Ozawa

Skandal keuangan yang kini jadi perbincangan hangat di Jepang berkaitan dengan Ichiro Ozawa. Ichiro Ozawa adalah Sekretaris Jenderal DPJ yang disebut-sebut sebagai “raja bayangan” (the shogun shadow) Hatoyama. Adalah rahasia umum, Ozawa-lah penentu langkah-langkah politik Hatoyama.

PM Yukio Hatoyama, dengan latar belakang poster Sekjen DPJ, Ichiro Ozawa

Continue reading

Gaijin di Jepang


Auto RSS feed from: https://ari3f.wordpress.com  

Di Jepang, orang asing disebut gaijin (外人). ‘Gai’ artinya luar dan ‘jin’ artinya orang. Gaijin adalah kependekan dari gaikoku (外国) atau ‘negara lain’ dan jin berasal dari hitojin (人) atau ‘orang’. Tidak ada orang asing yang memilih untuk dipanggil gaijin, tetapi ini sudah umum, meski masih mengandung ketidakpantasan. Konon, kata gaijin dipopulerkan epik Heike Monogatari pada abad ke-13.

Dalam bahasa Inggris, terjemahan langsungnya adalah alien. Dunia keimigrasian menggunakan kata ini, yang artinya non-citizen atau foreigner. Namun, fiksi-sains mengubah citra alien menjadi ‘makhluk asing’ (yang barangkali berkepala lonjong, mata hanya pupil – hitam saja, ceking – cenderung kerempeng, mengendarai piring terbang dan berbahasa aneh). Meski demikian, gambaran makhluk asing itu masih antropomorfik, menyerupai karakteristik manusia juga. Entah karena hal ini, apakah gaijin jadi istilah yang kurang pantas ^_^ 

Gaijin punya perbedaan cukup jelas dengan orang Jepang. Mereka bukan warga negara Jepang, tidak mengikuti tradisi Jepang, tidak berbahasa Jepang (meski pada akhirnya, banyak juga yang fasih berbahasa Jepang). Gaijin juga wajib membawa kartu khusus alien-nya (gaikokujin toroku shumeisho) ke mana pun ia pergi; jika tidak, bisa ditahan polisi. Padahal orang Jepang sendiri tidak punya KTP! Mereka hanya punya kartu asuransi, paspor atau kartu pegawai. Tapi KTP tidak. Jadi, orang luar ini diberi label. Tapi untungnya bukan David’s Star yang disematkan di lengan warga Yahudi jaman dulu …

Saya jadi bertanya-tanya, mengapa Jepang ‘nampak’ mengisolasi diri, meski di luarnya ramah dan sopan. Setidaknya, ada dua fase sejarah yang mendasari isolationism ini:

Continue reading

Pluralisme Religius di Jepang


Auto RSS feed: https://ari3f.wordpress.com

Tuhan seringkali memfirmankan optimisme. Namun, di Nagoya yang dingin, seorang padri berputus asa. Ia mengeluhkan matinya agama di sebuah negeri yang disebutnya ‘rawa’:  

Negeri ini adalah rawa. Engkau akan melihatnya sendiri suatu hari nanti. Negeri ini lebih buruk dari yang engkau bayangkan. Ketika engkau menanam bibit di sini, akarnya langsung membusuk, daunnya menguning dan lalu gugur. Dan, kita telah menanam bibit Kristiani di rawa ini. 

Padri itu tak lain adalah Father Ferreira, pelakon dalam novel Silence karya Sushako Endo. Pada 5 Februari 1873, ia disalib dan ditombak bersama 25 misionaris lainnya. Nagoya mencekam, orang Kristen dikejar-kejar selama belasan tahun. Kata ‘Martir’ menjadi lumrah.

Kristen yang diberangus di Jepang menandai pluralisme yang mati. Tapi, ‘kematian’ itu bukan tanpa alasan. ‘Kematian’ itu diawali oleh pembunuhan.  Continue reading

Okinawa


Dalam film The First Breath of Tengan Rei (2009), konfrontasi adalah solusi. Rei Tengan (diperankan oleh Erika Oda) diculik dan diperkosa Nelson dan Carter, dua marinir yang bertugas di Okinawa, selatan Jepang. Rei berumur 16 tahun ketika itu. Sejak itu, Rei hidup dalam kesendirian, dipenuhi kenangan pahit dan dendam.

Sepuluh tahun berlalu, Rei terbang ke Chicago untuk mencari dua bekas marinir Amerika itu. Motifnya jelas: berkonfrontasi. Di sana, Rei menyandera Paris, anak lelaki salah seorang pemerkosanya, Carter. Namun agaknya, Rei bukanlah mesin perang: ia tak berlaga menghabisi “lawan”, meski dipenuhi dendam kesumat. Intimidasi lewat todongan pistol Rei terhadap Paris, dan terkuaknya dosa Carter di depan anaknya sendiri barangkali inti kepuasan Rei.

Film ini tak memberikan jawaban atas konflik Jepang dan Amerika di Okinawa. Sebaliknya, film humanisme ini membiarkan misteri tersisa: di manakah perjalanan Rei berakhir?

Continue reading