Shōnantō


Bukan, itu Shōnantō bukan nama Jawa, tapi kependekan dari Showa no jidai ni eta minami no shima (pemendekan dengan metode gimana ya?) alias pulau di selatan yang didapat di era kaisar Jepang, Showa. Shōnantō adalah nama lain Singapura.

Selanjutnya bisa dibaca di Wikipedia.

Empat puluh dua tahun silam (+ dua hari) Singapura merdeka dari Malaysia. 9 Agustus. Negeri yang disebut punya anomali antropologi (sebuah pulau yang dominan imigran China di antara “raksasa” Melayu) ini bisa mengatur dirinya sendiri. Dalam sebuah buku (lupa judulnya, tapi risalah serius seorang ahli politik-ekonomi Asia), Singapura adalah satu-satunya negeri di ekuator yang punya GDP tertinggi. Dalam hal kemakmuran, ia juga anomali. Titik merah ini agresif dalam ekspansi bisnis; ia juga punya kualitas layanan keuangan yang fleksibel sekaligus terpercaya; ia punya cita-cita besar; tapi ia juga diatur dengan sistem politik demokrasi terpimpin. “Demokrasi” ada karena ada kompetisi partai dan pemilu, “terpimpin” karena bak seorang raja yang infalibel, perdana menteri punya kuasa penuh atas segala aspek Singapura. Presiden hanyalah simbol. Yang lebih aneh lagi: ada tiga perdana menteri di pulau berpenduduk 4.5 juta ini (perdana menteri, menteri senior dan guru menteri). Peran ketiganya sama, yaitu mengatur negara, dan punya wilayah otoritas sendiri. Jangan belajar politik di Singapura karena tak menarik.

sn-map.gif

Dua hari lalu ada National Day Parade. Suatu peringatan besar-besaran. Di teluk Marina itu, merah di mana-mana. Saya tak menonton karena fobia keramaian (halah!). Tidak ada yang istimewa, kecuali bahwa ini (katanya) pesta kemerdekaan terbesar dalam sejarah Singapura. Tapi teman saya mengutip LKY: setiap kembang api yang meledak selalu diiringi bau uang yang terbakar (begitu parafrasenya). Dan uang itu adalah uang rakyat — yang bulan lalu berkontribusi untuk kenaikan gaji perdana menteri, dan terkena kenaikan pajak jadi 7%. Tak ada yang sensitif. Karena yang sensitif pasti kena Al-Sensor.

Selamat ulang tahun Singapura. Kowe oleh sedho sak marine aku sedho.

Bubur & Roti Montor


Pagi ini ayah saya dilarikan ke rumah sakit. Kata ibu saya, dia diopname karena tekanan darahnya 170. Gejala: tangannya geringgingen (kesemutan).

Sorenya saya telpon untuk mengetahui perkembangannya. Ketika saya telpon, lho kok dia ketawa-ketawa… becanda nih opname-nya? Nggak. Sore itu tekanannya sudah kembali normal, sistole (atau diastole ya?) alias upper bound-nya 130 (satuannya apa ya? mm-Hg?). Jadi, sore itu makanya dia udah bisa ngguyu-ngguyu.

Saya tanya kenapa kok tekanannya bisa sampai 170. Kepikiran apa? Stress? atau karena … makanan? Nah, ayah-ibu saya rebutan njawab: panganan panganan! … Oalah … Sore itu juga adik saya menelpon. Dia bilang “Mama ngasih sate kambing ke papa. Makanya, tekanan langsung nglonjak”.

Karena sudah mendingan, saya bilang ke ayah saya:

Ben tambah normal, cepet waras, kudu tuku bubur kacang ijo karo roti montor!

Ayah saya ngakak … Kacang ijo + roti montor ini punya sejarah. Begini: ketika kecil, dua makanan itu adalah makanan mewah bagi keluarganya yang miskin. Karena (barangkali) ngidam buanget, maka ia jadi sakit. Anak terkecil biasanya dimanja, jadi ia memanfaatkan itu untuk ‘pengen bubur karo roti montor‘. Ayahnya langsung membelikannya, dan ia dengan cepat jadi sehat.

Pesan moral: makanlah sesuatu yang diidamkan, niscaya kesembuhan cepat datang. Ketika sakit tubuh perlu energi untuk sembuh; makanan biasa terlalu hambar; jadi belilah yang bener-bener diinginkan …

*Peringatan pemerintah: sate kambing out of topic bagi pengidap darah tinggi!

Doa


Tuhan menyukai sesuatu yang spesifik. Jika berdoa padanya mintalah sesuatu sedetil-detilnya. Dia tak akan tertawa meski permintaan kita agak konyol dan pragmatis. Toh dia juga bukan penonton ketoprak atau pelawak.

Sejak kecil saya diajari berdoa memakai tiga bahasa: Arab, Indonesia dan Jawa. Khusus yang terakhir ini, ayah saya mengajari doa ketika menghadapi ujian. Ia sudah menggunakannya sejak dulu kala, dan (katanya) sering berhasil. Doanya pendek, tapi jelas dan efektif (jika persiapan belajarnya matang).

Ya Allah … mugo-mugo opo sing tak sinaoni mambengi metu kabeh dino iki, lan aku iso nggarap ora kangelan

(Ya Allah … mudah-mudahan apa yang aku pelajari semalam keluar semua hari ini, dan aku bisa mengerjakan tanpa kesulitan)

Tuhan juga menyukai sesuatu yang ganjil. “Ganjil” di sini berhubungan dengan angka. Bismillahirrohmanirrohim itu 19 huruf. Asmaul Husnah itu 99 nama. Dan seterusnya. “Ganjil” ada yang berarti lain: seorang tetangga di masa kecil kerapkali melantunkan doa ini sembari ngakak setelahnya (ganjil banget tho?):

Duh Gusti … paringono waras dhewe sing lain gak usah!

(Aduh Tuhan … berikanlah kesembuhan untukku sendiri yang lain tidak usah)

Entah gimana nasib tetangga ini sekarang.

Nggragas


Seorang kawan datang ke workstation saya pukul 5.30pm di hari Jumat. Jumat biasanya memang rileks (seperti juga hari yang lain!), dan kawan saya ini bilang baru selesai acara orientasi. Karena dia staf baru, maka dia dikumpulkan dengan 15 staf baru lainnya, kemudian ikut acara kenalan dengan bagian manajemen (direktur dan manajer) dan ikut permainan. Game-nya mirip amazing race, tapi lokasinya cuma satu di gedung kantor aja naik turun dari lantai 1 sampai lantai 7. Karena dia olahragawan, ya jelas aja dia menang hehe. Jaran ngono lho … Dan, dia dapat hadiah.

Hadiah dia tunjukkan kepada saya, dan buru-buru dia buka. Isinya: coklat Kit Kat dalam box. Ada 3-4 Kit Kat bar di dalamnya. Dia lalu memberi saya satu slab kecil Kit Kat. Satu slab isinya 4 batang. Tak sabar, karena juga lapar, saya buru-buru membukanya. Gigit! … hah, kok gak puthul? Gigit lagi, gigit sana, gigit sini, gak putus-putus. Kemudian saya coba patahkah. Tidak berhasil. Saya tanya … ini apa? Dia lalu coba melihat-lihat. Lah … ini karet!

Jangkrik! Layak alot men …

Karena dia takut dikira nipu, dia buru-buru ngasih coklat yang asli (sambil sebelumnya memastikan itu bukan karet); sambil ngakak gak habis-habis …! (dasar kucing goreng)

800px-kitkat.jpg

Kit Kat slab

Pertanyaannya: lho ngapain kitkat naruh coklat karet di dalam paket Kit Kat itu??? Menjebak orang yang nggragas??? Hehehehehe

*nggragas [jawa ngoko] = rakus (biasanya berhubungan dengan makanan, harta, tahta, wanita … laaaaaa? ….)

 

V & V


Karena mesti install software sendiri, maka perlu ke library buat pinjem CD-nya. Udah lama gak ke library kantor meski beda cuma dua lantai. Hawanya lebih adem, sepi dan ada bunyi “ting-tong” kalau ada orang masuk library. Tiga staff yang bekerja di sana, semua perempuan. Ada satu yang manis, cuma kayaknya darah rendah (lho opo hubungane coba … hehe). 

Buka-buka majalah (lalu nemu artikel yang bilang “ternyata burung gagak juga cerdas!”, lihat-lihat buku …. lalu nemu buku baru. Buku ini kumpulan paper konferensi di negeri antah berantah (alias mboh). Judulnya menarik: Fluid structure interaction and moving boundary problems. Judul kayak gini dibong-maringono-diuntal juga gak manfaat (haha). Tapi ada artikel yang not-so-scientific yang menarik di sini, yaitu menjelaskan perbedaan verifikasi dan validasi, alias V & V. Dua jargon ini sering muncul di paper ilmiah khusus mekanika komputasional/eksperimental/teoretikal, tapi aku ora mudheng soale memang males cari tahu. Kok ya ndilalah nemu di buku ajaib ini.

Yang bergaya mathematician:

Verification – solving the equations right

Validation – solving the right equations

Yang bergaya formal:

Verification is the assessment of the accuracy of the solution to a computational model by comparison with known solutions.

Verification is the assessment of the accuracy of the solution to a computational model by comparison with experimental data.

Yang bergaya programmer:

Verification – getting most of the bugs out of the code

Validation – demonstrating the numerical model is capable of making (appropriate) predictions

 So, what? So … saiki ngerti bedhone.